Ilustrasi The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). (Foto: Istimewa) |
Banyuwangi Terkini - Apa Itu OPEC? Dilansir dari website resmi opec.org, The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) adalah sebuah organisasi antarpemerintah permanen yang dibentuk pada Konferensi Baghdad pada tanggal 10-14 September 1960 oleh Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan Venezuela.
Pembentukan OPEC oleh lima negara berkembang penghasil minyak di Baghdad pada bulan September 1960 terjadi pada saat transisi dalam lanskap ekonomi dan politik internasional, dengan dekolonisasi yang luas dan lahirnya banyak negara merdeka baru di negara berkembang.
Tujuan Berdirinya OPEC
Tujuan OPEC adalah mengoordinasikan dan menyatukan kebijakan perminyakan di antara Negara Anggota, dalam rangka menjamin harga yang adil dan stabil bagi produsen minyak bumi, pasokan minyak bumi yang efisien, ekonomis, dan teratur ke negara-negara konsumen, serta pengembalian modal yang adil bagi mereka yang berinvestasi di industri tersebut.
Keanggotaan tumbuh menjadi sepuluh pada tahun 1969. Awal tahun 2020 ini menjadi saksi dimulainya era yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan merebaknya pandemi COVID-19 yang menyebar hampir ke setiap aspek kehidupan sehari-hari. Pandemi ini berdampak buruk pada ekonomi dunia dan sektor energi, sehingga menekan negara-negara untuk mengambil langkah-langkah tegas yang diperlukan guna memperlambat penyebaran virus dan melawan dampaknya.
Krisis Minyak di Venezuela
Turunnya harga minyak dunia serta kebijakan OPEC yang tetap mempertahankan produksinya telah membawa kekacauan pada dunia internasional. Hal tersebut kemudian memberikan dampak bagi negara-negara eksportir minyak lainnya seperti Venezuela.
Berangkat dari gagalnya untuk menghasilkan kesepakatan meminimalisir produksi minyak di Wina dan tingkat ketergantungan Venezuela terhadap minyak yang besar, Venezuela tetap berani untuk menghadapi hal tersebut walaupun sudah terjadi inflasi sebesar 60% dan cadangan mata uang asing telah anjlok menjadi hampir 30%. Venezuela tetap memproduksi minyaknya di angka tiga juta barel per hari demi memenuhi kuota OPEC sebesar 10% dari total produksi yang harus diproduksi sebanyak 30 juta barel per hari dan dengan harga minyak yang hanya $50/bbl.
Setelah terjadinya pergantian pemerintahan dari Presiden Hugo Chavez menjadi Presiden Nicolas Maduro, kondisi Venezuela tidak kemudian membaik. Bermula dari pemerintahan Presiden Hugo Chavez yang membuat Venezuela menjadi sangat tergantung pada minyak. Persentase ekspor minyak Venezuela melonjak tajam dari yang semula 68,7% hingga menjadi 95% pada tahun 1998.
Sebelumnya pada tahun 1975, sektor perminyakan telah dinasionalisasi yang kemudian menghasilkan terciptanya PDVSA. Pemerintahan Maduro kemudian mengikuti jejak yang sama dengan pada masa pemerintahan Chavez dalam membuat kebijakan ekonomi. Masalah intermal yang meliputi faktor politik dan faktor ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis minyak di Venezuela.
Langkah Kebijakan OPEC
Kebijakan OPEC dikutip dari jurnal berjudul "Analisis Peran OPEC Mengatasi Masalah Minyak Di Negara Venezuela Selama Masa Pandemi COVID-19 (2019-2021)" (Yumni Syara Finatama, 2022), OPEC sebagai organisasi internasional berperan dalam mengatasi krisis yang terjadi di Venezuela melalui dua cara yaitu sebagai technical support dan management disaster. OPEC sebagai technical support menyediakan forum untuk negosiasi, yang memungkinkan negara-negara anggota mencapai kesepakatan untuk mengatasi fluktuasi harga minyak dunia.
Pada 5 Maret 2020 OPEC melakukan Konferensi Tingkat Tinggi, dimana dalam konferensi ini OPEC memutuskan untuk mengurangi produksi minyak pada negara anggota menjadi 1,5 juta barrel per hari. Pemangkasan produksi minyak telah disetujui oleh negara-negara anggota OPEC, salah satunya adalah Venezuela yang sedang mengalami krisis minyak, terutama pada masa pandemi Covid-19 yang semakin memperburuk situasi internal negara.
Pemotongan produksi minyak ini diharapkan dapat mengembalikan harga minyak dunia, sehingga negara-negara anggota OPEC bisa menyelesaikan permasalahan krisis di internal negaranya. OPEC sebagai management disaster diwakili oleh Iran, yang memberikan dukungan tambahan kepada Venezuela. Iran mengirimkan bantuan berupa bahan bakar dan alat kesehatan untuk membantu Venezuela yang mengalami krisis parah dalam infrastruktur kesehatan akibat pandemi dan penurunan produksi minyak. Bantuan ini mencakup bahan bakar minyak yang penting untuk mendukung kegiatan domestik Venezuela yang terkena dampak embargo minyak Amerika Serikat.
Dampak Dari Permasalahan Krisis Minyak
Dampak yang ditimbulkan bahwasannya OPEC melakukan segala program kerja dan merespon kasus utama yakni krisis minyak yang ada di venezuela. Meskipun opec mengadakan pertemuan serta segala program kerja, hal ini tetap berada pada posisi stagnan dan justru membuat harga minyak dunia semakin turun.
Banyak cara yang dilakukan OPEC, di mulai dari dukungan teknis sampai fluktuasi, namun harga minyak di Venezuela tetap mengalami dampak secara negatif. Krisis ekonomi di Venezuela sendiri menjadi keruh akibat kebijakan pemerintah yang tidak tepat menanggulangi dan ketergantungan pada minyak.***
Penulis: Astri, Carirena, Nagata, Syaira dan Raihan
Editor: Satria