Ilustrasi Aliansi Pertahanan ANZUS. (Foto: Istimewa) |
Banyuwangi Terkini - Aliansi Pertahanan ANZUS (Australia, New Zealand, dan Amerika Serikat), yang didirikan pada tahun 1951, bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas dan keamanan wilayah Asia Pasifik. Melalui kerjasama pertahanan, latihan bersama, dan penanggulangan ancaman non-tradisional seperti terorisme, ANZUS memperkuat hubungan militer antarnegara anggotanya.
Dikutip dari jurnal “Pengaruh Aliansi Pertahanan ANZUS Terhadap Dinamika Kawasan Asia Pasifik", (Wulandari Siti, 2012), mencatat bahwa aliansi juga berfungsi sebagai penyeimbang kekuatan di wilayah, memungkinkan anggota saling mendukung dalam menghadapi ancaman yang mungkin terjadi dan membantu mereka meningkatkan kemampuan militer mereka melalui transfer teknologi dan pelatihan.
Namun demikian, ANZUS menghadapi kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan geopolitik, terutama dengan pengaruh Tiongkok yang meningkat di Asia Pasifik. Perbedaan kepentingan antara anggota juga kadang-kadang menyulitkan keputusan kolektif. Oleh karena itu, untuk memahami peran ANZUS dalam menjaga stabilitas regional, penting untuk melihat bagaimana ia berkontribusi pada keamanan global saat ini.
Latar Belakang Berdirinya ANZUS dan Pengaruhnya
Sejak didirikan pada tahun 1951 hingga kini yang berarti sudah berusia 60 tahun pada September 2011—ANZUS telah memberikan pengaruh besar dalam hal pertahanan dan stabilitas kawasan Asia Pasifik. Selama enam dekade, aliansi ini telah memainkan peran penting dalam berbagai upaya menjaga keamanan regional, mulai dari memperkuat kerjasama militer hingga menghadapi ancaman keamanan baru di kawasan. ANZUS tidak hanya menjadi payung perlindungan bagi negara-negara anggotanya tetapi juga membentuk jaringan pertahanan yang semakin solid di Asia Pasifik.
Berikut adalah pengaruh ANZUS terhadap stabilitas regional di kawasan Asia Pasifik;
1 Pengaruh Komunis di Kawasan Asia Pasifik
Sejak pertengahan abad ke-20, Australia berperan aktif dalam kebijakan antikomunis di Asia untuk membendung pengaruh komunisme, terutama melalui keterlibatannya dalam konflik di Korea dan Vietnam, serta keikutsertaannya dalam SEATO (South East Asia Treaty Organization) yang dibentuk sebagai aliansi pertahanan di kawasan Asia Tenggara. Dalam Perang Korea dan Vietnam, Australia mendukung upaya Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya untuk menahan laju komunisme di Asia, menunjukkan komitmennya pada stabilitas regional.
Meskipun SEATO akhirnya bubar pada 1977, Australia tetap konsisten menjalankan kebijakan luar negeri antikomunisnya. Pada akhir abad ke-20, peran Australia dalam menjaga stabilitas kawasan kembali terlihat dalam operasi militer di Timor Timur pada 1999, ketika Australia memimpin operasi internasional untuk membantu menjaga perdamaian di Timor Timur yang tengah dilanda kekerasan etnis setelah referendum kemerdekaan. Meski komunisme bukan lagi ancaman utama, keterlibatan ini mencerminkan dedikasi Australia dalam menjaga keamanan di Asia Tenggara dan memperkuat posisinya sebagai sekutu strategis dalam menciptakan kawasan yang aman dan stabil.
2 Menangani Ancaman Terorisme dan Persaingan Geopolitik di Asia Pasifik Pasca 9/11
Setelah serangan 11 September 2001, fokus aliansi global beralih pada isu-isu anti-terorisme untuk melawan ancaman baru terhadap keamanan internasional. Australia dan Selandia Baru menunjukkan komitmen kuat mereka dengan mendukung operasi Amerika Serikat dalam “Operation Enduring Freedom” di Afghanistan, yang bertujuan untuk menghancurkan jaringan teroris Al-Qaeda dan menggulingkan rezim Taliban yang melindungi mereka. Partisipasi kedua negara ini dalam operasi tersebut mencerminkan solidaritas mereka dengan sekutu-sekutu Barat dan tekad mereka dalam menjaga stabilitas global, sekaligus menegaskan peran penting Australia dan Selandia Baru dalam upaya bersama untuk memerangi terorisme di seluruh dunia.
3 Menangani Proliferasi Senjata dan Keamanan Maritim di Asia Pasifik
Aliansi ANZUS yang melibatkan Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat terus beradaptasi menghadapi berbagai tantangan baru di kawasan Asia Pasifik. Di tengah ancaman proliferasi senjata pemusnah massal dan ketegangan yang terus meningkat antara Amerika Serikat dan China, ANZUS memperhatikan perkembangan situasi yang juga meluas ke persaingan militer di wilayah ini. Sebagai bagian dari komitmen ANZUS, Australia memainkan peran penting dalam keamanan kawasan, khususnya dalam upaya non-proliferasi dan pengamanan maritim.
Untuk mengatasi perdagangan senjata ilegal yang dapat mengancam stabilitas, Australia membentuk Australia’s Maritime Identification Zone (AMIZ) dan Australia’s Maritime Identification System (AMIS), yang bertujuan meningkatkan kontrol di perairan sekitar dan memastikan keamanan yang lebih terjaga. Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa Australia siap menghadapi tantangan keamanan yang terus berkembang di Asia Pasifik, sembari memperkuat peran strategis ANZUS dalam menjaga stabilitas kawasan di tengah perubahan geopolitik global.
4 Menguatkan Posisi Negara Aliansi dan Menangkal Ancaman Eksternal
Amerika Serikat memanfaatkan aliansi ANZUS untuk memperkuat kehadiran militernya di Asia Pasifik, terutama dalam menghadapi ancaman dari China dan Korea Utara. Kehadiran pangkalan militer AS di Jepang dan Korea Selatan menjadi bagian dari strategi untuk menambah kapabilitas pertahanan dan menciptakan penghalang terhadap negara-negara yang dianggap berpotensi mengganggu stabilitas kawasan.
Bagi Australia, stabilitas keamanan di Asia Pasifik sangat penting, karena kemakmuran ekonominya sangat bergantung pada situasi di wilayah ini terutama di Laut Cina Selatan, yang menjadi jalur vital bagi ekspor dan impornya. Dalam jurnal berjudul “Penguatan Hubungan Militer Australia dan Amerika Serikat dalam ANZUS pada Tahun 2001–2005” (Istri Anak Agung, 2014), keamanan di kawasan ini berpengaruh langsung terhadap kepentingan nasional Australia.
ANZUS sendiri memberikan efek penangkal bagi negara-negara yang berpotensi melakukan tindakan agresi, dengan jaminan keamanan dari Amerika Serikat yang membuat negara-negara sekutu di Asia Pasifik merasa lebih terlindungi. Kehadiran AS ini, pada akhirnya, berperan penting dalam mencegah konflik di kawasan yang dinamis ini.
5. Penguatan Kerjasama Keamanan
Melalui ANZUS, latihan militer bersama di Asia Pasifik semakin digencarkan, termasuk latihan RIMPAC (Rim of the Pacific Exercise) yang merupakan latihan maritim terbesar di dunia. RIMPAC dan latihan sejenis tidak hanya memperkuat kemampuan operasional militer negara anggota, seperti Australia dan Amerika Serikat, tetapi juga membuka jalan bagi koordinasi yang lebih solid dengan negara-negara sahabat di kawasan ini. Dengan beragam latihan bersama, ANZUS berhasil membangun jaring pertahanan regional yang lebih tangguh dan responsif. Kolaborasi dalam latihan seperti RIMPAC membantu anggota ANZUS dan mitra lainnya dalam berbagi strategi, teknologi, dan sumber daya, menjadikan keamanan kawasan Asia Pasifik semakin terjaga.
Tantangan dan Hambatan ANZUS
Persekutuan ANZUS, yang dibentuk pada tahun 1951, memang menghadapi sejumlah tantangan dan kritik, baik dari dalam maupun luar anggotanya, yang berkaitan dengan ideologi, prioritas kebijakan, dan ketergantungan militer. Dalam konteks Perang Dingin, ANZUS muncul sebagai respons terhadap ancaman komunisme yang menyebar di Asia Pasifik, dengan Australia dan Selandia Baru memilih untuk beraliansi dengan Amerika Serikat. Australia.
Berdasarkan informasi dari artikel Sejarah UPI Education “Aliansi Australia Dalam ANZUS Treaty (1951)" (Darmawan Wawan, 2019). Australia memiliki kebutuhan mendesak untuk melindungi wilayahnya di kawasan Pasifik Selatan, yang terkait erat dengan jalur perdagangan penting dan kepentingan strategisnya. Dukungan dari AS dianggap sebagai jaminan keamanan bagi Australia, mengingat pengaruh Amerika yang besar di arena internasional pada masa itu.
Namun, perbedaan ideologi yang mencolok antara negara-negara anggota, terutama dalam hal prioritas keamanan, muncul sebagai sumber ketegangan. Amerika Serikat, yang lebih terfokus pada pencegahan ekspansi komunisme, tidak selalu sejalan dengan kebutuhan Australia yang lebih beragam, termasuk ancaman terorisme dan perdagangan ilegal, ini menunjukkan adanya ketidakselarasan dalam pendekatan strategis, di mana AS lebih melihat ANZUS dalam konteks global, sementara Australia mengutamakan ancaman yang lebih lokal atau regional.
Tantangan lebih besar datang dari New Zealand, yang memutuskan keluar dari perjanjian ANZUS pada tahun 1985 setelah menolak kebijakan AS yang memperbolehkan kapal perang bersenjata nuklir memasuki pelabuhan mereka. Keputusan ini, yang terkait dengan kebijakan anti-nuklir New Zealand, menggaris bawahi ketidak setujuan terhadap kebijakan nuklir Amerika dan menunjukkan adanya ketegangan dalam aliansi tersebut. Meskipun ANZUS menawarkan keamanan kolektif, kenyataannya ada perbedaan signifikan dalam bagaimana masing-masing negara menafsirkan ancaman dan solusi terhadapnya.
Lebih lanjut, ketergantungan militer pada Amerika Serikat menjadi isu yang memunculkan kekhawatiran di Australia dan New Zealand. Meskipun kehadiran AS dianggap sebagai faktor penjamin keamanan, hal ini juga berisiko mengurangi kemandirian strategis negara-negara kecil seperti Australia dan New Zealand. Dengan bergantung pada kekuatan militer AS, mereka menghadapi dilema apakah ketergantungan tersebut dapat memengaruhi kebijakan luar negeri mereka, terutama dalam menghadapi krisis yang lebih lokal atau terkait dengan masalah yang tidak selalu sejalan dengan kepentingan AS.
Adanya kritik sebagai reaksi dari pembentukan ANZUS Inggris memandang keikutsertaan Australia sebagai negara persemakmuran atau pelindung bagi Australia dari inggris merasa tidak setuju, yang dikemukakan oleh PM Inggris W. Churchill, menyatakan pemerintah inggris tidak setuju dengan adanya pakta anzus dengan alasan anzus dikawatirkan merusak hubungan baik antara inggris.Reaksi ini mulai terlihat dari inggris yang merasa ditinggalkan oleh Australia.
Negara negara asia juga melihat Australia yang tergabung anzus berada di kawasannya memandang pembentukan ANZUS sebagai perkumpulan negara "English speaking country" yaitu negara yang berasal dari inggris. Selain itu negara negara asia melihat anzus sebagai bentuk propaganda aliansi antikomunis yang dikhawatirkan akan berkembang di Asia Pasifik.
Secara keseluruhan, ANZUS memang berfungsi sebagai payung keamanan, namun tantangan ideologi, perbedaan prioritas kebijakan, serta ketergantungan militer menjadi isu yang terus berkembang dalam hubungan antara negara-negara anggotanya.
Kesimpulan
Aliansi pertahanan ANZUS, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan New Zealand, memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Pasifik melalui kerja sama militer, latihan bersama, dan penanggulangan ancaman non-tradisional. ANZUS berfungsi sebagai penyeimbang kekuatan di wilayah tersebut dan memberikan perlindungan bagi negara-negara anggotanya dari ancaman eksternal seperti terorisme, proliferasi senjata, dan persaingan geopolitik, khususnya dengan China dan Korea Utara.
Namun, ANZUS juga menghadapi sejumlah tantangan, termasuk perubahan geopolitik dan perbedaan kepentingan di antara anggotanya, seperti perbedaan pendekatan AS dan Australia dalam menghadapi ancaman. Selain itu, ketergantungan militer Australia dan New Zealand pada Amerika Serikat menimbulkan kekhawatiran terkait kemandirian strategis mereka. Meskipun ada ketidaksepakatan, ANZUS tetap menjadi pilar utama dalam keamanan kawasan Asia Pasifik, meski perlu adaptasi untuk menjawab tantangan modern.***
Penulis: Novi, Fitrah, Ashty, Abdi dan Abyudaya
Editor: Satria