Ilustrasi SEATO atau Southeast Asia Treaty Organization. (Foto: Istimewa) |
Banyuwangi Terkini - Hai para pecinta sejarah, apakah kalian semua sudah tau apa itu SEATO? yuk simak sama sama pembahasan tentang SEATO. Apa itu SEATO? SEATO atau Southeast Asia Treaty Organization merupakan organisasi pertahanan regional untuk membendung pengaruh komunis di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Secara khusus SEATO disebut sebagai bentuk upaya kerjasama pertahanan keamanan dari negara-negara besar sekutu Amerika di wilayah Asia Tenggara. Jadi, dengan adanya SEATO diharapkan dapat membantu menghambat masuknya komunis di suatu wilayah sebab terjadinya ekspansi komunis di dunia.
Dalam buku berjudul "Sejarah Dunia Lengkap Dari Periode Klasik Sampai Periode Kontemporer", (Suryo Hadi Kusumo, 2023: 254), pembentukan SEATO dilakukan pada 8 September 1954 Manila, Filipina. Pihak Barat berhasil menjalin kerja sama dengan beberapa negara anggota ASEAN untuk melakukan pembentukan SEATO. Diantaranya, Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Australia, Selandia Baru, Pakistan, Filipina, dan Thailand.
Latar Belakang hubungan AS dengan SEATO
Dikutip dari indonews.id dengan artikel berjudul “Sama-Sama Dibentuk Oleh AS, Apa Perbedaan NATO dan SEATO?" SEATO lebih merupakan aliansi longgar, dengan negara-negara anggota hanya memberikan bantuan militer terbatas. Amerika Serikat (AS) membentuk SEATO pada 8 September 1954 untuk mengatasi kekhawatiran akan penyebaran komunisme di Asia Tenggara, terutama setelah Perang Korea dan kekalahan Prancis di Indochina. SEATO bertujuan untuk memberikan dukungan militer, politik, dan ekonomi kepada negara-negara anggota yang terancam oleh komunisme.
Meskipun bernama organisasi Asia Tenggara, mayoritas anggotanya berasal dari luar kawasan, mencerminkan dominasi pengaruh AS dalam aliansi ini. Keterkaitan Amerika Serikat dengan SEATO mencerminkan upaya besar untuk membendung komunisme selama Perang Dingin. Meskipun organisasi ini tidak berhasil memenuhi tujuannya dan akhirnya dibubarkan, perannya dalam sejarah geopolitik Asia Tenggara tetap signifikan. Pengalaman dari SEATO juga memberikan pelajaran penting tentang tantangan dalam membangun aliansi internasional yang efektif.
Peran Amerika Serikat dalam SEATO
Dilansir dari cambridge.org "To cage the red dragon: SEATO and the defence of Southeast Asia, 1955-1965" (Damien Fenton, NUS Press, 2012), pasca berakhirnya perang dunia kedua, Amerika serikat terlibat perang dingin dengan Uni soviet. Kedua negara ini berperang secara ideologi yang melibatkan negara negara lain dibawah kuasanya. Keadaan Asia Tenggara saat itu adalah kekosongan kekuasaan pasca dekolonisasi, hal tersebut menimbulkan kekhawatiran Amerika serikat akan menyebarnya komunisme Uni soviet. Oleh karena itu, terbentuklah SEATO yang terdiri dari perjanjian keamanan kolektif yang mendukung strategi global Amerika Serikat untuk menahan diri.
Beberapa peran Amerika Serikat terhadap SEATO yaitu :
1. Amerika Serikat berusaha mengisi kekosongan pasca dekolonisasi di Asia Tenggara dari pengaruh kekuatan lain, khususnya Uni soviet.
2. Amerika Serikat memiliki tujuan sebagai penguasa di wilayah pasifik, SEATO adalah instrumen kunci untuk mencapai tujuan tersebut.
3 Amerika Serikat merupakan pemrakarsa utama dalam pembentukan SEATO atas kekhawatiran ekspansi komunisme di Asia Tenggara pada masa Perang Dingin
4. Dibentuknya SEATO sebagai upaya pencegahan kekhawatiran ekspansi komunisme di Asia tenggara, khususnya jatuhnya Vietnam ke tangan komunis. Hal ini berkaitan dengan salah satu tujuan Amerika Serikat yang ingin mencari simpati di wilayah Asia Tenggara untuk memenangkan perang dingin. hal ini juga bagian dari strategi containment.
Pasca Dominasi AS dalam SEATO untuk Mencegah Penyebaran Komunisme
Dalam history.state.gov dengan artikel berjudul “Foreign Relations of the United States, 1955–1957, Vietnam, Volume I” AS mendominasi SEATO dalam hal perang yang ada di Vietnam. Dari dominasi yang dilakukan oleh AS dalam SEATO ini memiliki tujuan utama yaitu mencegah penyebaran komunisme yang ada di Asia Tenggara. Dari awal, keterlibatan AS didasari oleh keyakinan bahwa kejatuhan Vietnam ke tangan komunisme dapat memicu efek domino di kawasan tersebut AS memberikan bantuan militer, ekonomi dan politik kepada Vietnam Selatan, dengan menanamkan pengaruh besarnya tersebut melalui SEATO.
Namun keterlibatan AS ini malah menimbulkan konsekuensi yang besar, dimana hal tersebut malah memperumit konflik di Vietnam. Sehingga menyebabkan perang berkepanjangan yang menyebabkan ketidakstabilan politik di Vietnam. Hal tersebut juga berdampak kepada penderitaan rakyat Vietnam, sehingga mengakibatkan jatuhnya citra AS secara global. Dominasi AS ini juga membuat Vietnam Selatan menjadi bergantung pada bantuan dari luar, memicu resistensi dalam negeri dan mempersulit jalan perdamaian konflik di Vietnam.
Hingga pada akhirnya saat perang di Vietnam menjadi tidak terkendali dan publik AS kehilangan kepercayaan pada kebijakan ini, AS kemudian menarik pasukan pada tahun 1973. Dominasi AS yang merosot pada SEATO membuat peran aliansi ini melemah. Hingga pada akhirnya, karena ketidakmampuannya merespons konflik lain dan tidak ada lagi dukungan efektif dari anggotanya, SEATO dibubarkan pada tahun 1977.
Bubarnya SEATO
Organisasi ini memiliki sejumlah kelemahan. Untuk mengatasi masalah yang melekat pada gerakan gerilya dan pemberontakan lokal yang mengganggu wilayah tersebut pada tahun-tahun pasca-kolonial, perjanjian pertahanan SEATO hanya menyerukan konsultasi, sehingga memungkinkan masing-masing negara bereaksi secara individual terhadap ancaman internal. Tidak seperti Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), SEATO tidak memiliki mekanisme independen untuk memperoleh intelijen atau mengerahkan pasukan militer, sehingga potensi tindakan kolektifnya sangat terbatas. Selain itu, karena hanya mencakup tiga negara anggota Asia, SEATO sering dituduh sebagai bentuk baru kolonialisme Barat. Kesulitan linguistik dan budaya antara negara-negara anggota juga memperburuk masalah ini, sehingga menyulitkan SEATO dalam mencapai banyak tujuannya.
Karena dominasi dan kepentingan AS yang begitu kuat, beberapa negara anggota SEATO mulai meragukan efektivitas aliansi ini sebagai sarana keamanan bersama. Negara-negara seperti Pakistan bahkan sempat mempertanyakan keikutsertaan mereka dalam aliansi ini karena merasa kepentingan regional mereka tidak terakomodasi. Ketidakpuasan ini menggerus dukungan terhadap SEATO di kalangan negara-negara anggotanya, yang pada akhirnya mengarah pada pembubaran organisasi ini pada tahun 1977. Kegagalan SEATO dalam mencapai stabilitas di Asia Tenggara tanpa sepenuhnya bergantung pada Amerika Serikat menjadi alasan utama di balik kejatuhan organisasi ini.
Pada awal tahun 1970-an, para anggota mulai menarik diri dari organisasi tersebut. Baik Pakistan maupun Prancis tidak mendukung intervensi AS di Vietnam, dan kedua negara ini menarik diri dari organisasi pada awal 1970-an. Pakistan secara resmi meninggalkan SEATO pada tahun 1973 karena organisasi tersebut gagal memberikan bantuan dalam konflik yang sedang berlangsung dengan India. Ketika Perang Vietnam berakhir pada tahun 1975, alasan utama keberadaan SEATO pun hilang. Akibatnya, SEATO secara resmi dibubarkan pada 30 Juni 1977.***
Penulis: Daffa, Anisa G, Dyvalin, Desy, dan Nadhila
Editor: Satria