GUz9GfGlGpCiGUz7TfAlTpz7Td==

Sempat Jadi Loyalis Pakta Warsawa, Deretan Negara Ini Hijrah ke NATO

Ilustrasi Pakta Warsawa vs NATO. (Foto: Istimewa)

Banyuwangi Terkini - Pakta Warsawa dibentuk pada 14 Mei 1955, ketika Uni Soviet dan negara-negara anti-komunis sekutu Amerika Serikat (AS), terlibat Perang Dingin. Negara anggota Pakta Warsawa adalah Uni Soviet, Polandia, Rumania, Hungaria, Cekoslowakia, Bulgaria, Albania, dan Jerman Timur. Tahun 1947 hingga 1991 merupakan periode Perang Dingin, di mana terjadi polarisasi politik internasional ke dalam dua kutub, yaitu Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet. 

Perang Dingin memicu lahirnya NATO pada 4 April 1949, yakni aliansi pertahanan yang dibentuk oleh AS dan sekutu-sekutunya untuk membendung pengaruh komunisme Uni Soviet. Dibentuknya Pakta Warsawa tidak terlepas dari pembentukan NATO. Latar Belakang Terbentuknya NATO dan SEATO Kehadiran NATO membuat Uni Soviet dan negara-negara Blok Timur khawatir sewaktu-waktu dapat menjadi ancaman bagi mereka. 

Bergabungnya Jerman Barat ke dalam NATO melalui ratifikasi Perjanjian Paris kemudian direspons oleh Uni Soviet dengan membentuk Pakta Warsawa. Uni Soviet menganggap bahwa Blok Barat berusaha mengembalikan kekuatan militer (remiliterisasi) Jerman Barat dengan memasukannya ke NATO. Hal itu dinilai Uni Soviet sebagai ancaman langsung karena meningkatkan kemungkinan perang. Pakta Warsawa dibentuk pada 14 Mei 1955 dalam pertemuan negara-negara Blok Timur di Warsawa, Polandia. 

Salah satu tujuan Pakta Warsawa didirikan adalah untuk mengimbangi kekuatan NATO dan melawan pengaruh dari negara Blok Barat yang tergabung dalam NATO. Mempertahankan kendali Uni Soviet atas Wilayah Eropa Tengah dan Timur. Menjaga keberadaan kekaisaran Soviet beserta negara-negara komunis Eropa yang menjadi anggotanya. Uni Soviet, sebagai negara yang memiliki persenjataan paling kuat di antara anggota aliansi, secara tidak langsung mengambil peran sebagai pemimpin Pakta Warsawa. Pakta Warsawa secara rutin melaksanakan latihan militer gabungan yang diikuti oleh 100.000 anggota militer dan melakukan simulasi perang nuklir. 

Hubungan Antara Pakta Warsawa dan NATO

Berdasarkan e-journal dengan judul “Nato Sebagai Organisasi Internasional Dan Relevansinya Pasca Perang Dingin” yang tayang di repository.umy.ac.id, bahwa hubungan Pakta Warsawa dengan NATO yakni upaya perimbangan kekuatan Uni Soviet yang berupaya untuk menandingi NATO. Akan tetapi Uni Soviet tetap gugur karena Uni Soviet menyadari akan kekuatannya yang tidak sama jika harus menghadapi negara-negara NATO sendirian. 

Pakta Warsawa dibentuk sebagai reaksi terhadap integrasi Jerman Barat ke dalam NATO pada tahun 1955 berdasarkan Pakta Paris tahun 1954, tetapi juga dianggap dimotivasi oleh keinginan Soviet untuk mempertahankan kendali atas pasukan militer di Eropa Tengah dan Timur. Uni Soviet ingin mempertahankan bagian mereka di Eropa dan tidak membiarkan Amerika mengambilnya dari mereka. Secara ideologis, Uni Soviet merampas hak untuk mendefinisikan sosialisme dan komunisme serta bertindak sebagai pemimpin gerakan sosialis global. 

Blok Militer yang berlawanan NATO terdiri dari negara-negara kapitalis, sementara Pakta Warsawa terdiri dari negara-negara komunis. Hubungan antara NATO dan Pakta Warsawa penuh dengan ketegangan dan persaingan ideologi. Kedua blok ini terlibat dalam perlombaan senjata, serta dalam berbagai konflik militer dan perang proksi (perang yang dilakukan oleh negara pihak ketiga dengan dukungan dari kedua belah pihak).

Mengapa Pakta Warsawa dan NATO Bermusuhan?

Dikutip dari international.sindonews.com dengan Artikel berjudul “Hubungan Nato Dan Pakta Warsawa Di Era Perang Dingin” (Ajeng Wirachmi), bahwa Pembentukan Pakta Warsawa dipandang sebagai hal yang dilakukan demi menyaingi eksistensi dan keunggulan NATO di era Perang Dingin. Dan terjadi ketegangan politik militer antara pihak Amerika (NATO) dan pihak Uni Soviet (Pakta Warsawa). 

NATO (North Atlantic Treaty Organization) adalah aliansi militer yang didirikan pada 1949 oleh negara-negara Barat, terutama untuk menahan pengaruh Uni Soviet dan komunisme. NATO terdiri dari negara-negara dengan ideologi kapitalis dan demokrasi liberal. Sebagai respon, Uni Soviet dan sekutunya membentuk Pakta Warsawa pada 1955 dengan negara-negara Blok Timur yang berideologi komunis.

Kedua aliansi ini mendukung ideologi politik yang sangat berbeda dan sering bertentangan. Ketika Pakta Warsawa didirikan, ini dipandang sebagai upaya Uni Soviet untuk menyeimbangkan atau melawan kekuatan NATO. Hal ini menyebabkan perlombaan senjata yang intensif di antara kedua blok tersebut. NATO terus memperkuat angkatan bersenjata di Eropa Barat, sementara Pakta Warsawa memperkuat pertahanannya di Eropa Timur. Kedua aliansi ini mendukung ideologi politik yang sangat berbeda dan sering bertentangan seperti bersaing dalam banyak aspek, termasuk militer, ekonomi, dan teknologi.

Alasan Negara Anggota Pakta Warsawa Pindah ke NATO

Berdasarkan e-journal dengan judul “Masuknya Beberapa Negara Mantan Anggota Pakta Warsawa Dan Nato Pasca Perang Dingin” (DEWI, Galuh Dian Prama, Prof. Dr. Budi Winarno, MA) yang tayang di etd.repository.ugm.ac.id, bahwa kecenderungan negara negara Ceko, Polandia, Hungaria, Bulgaria, Slovakia, Slovenia bergabung ke NATO karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal, adanya dorongan untuk memenuhi kepentingan keamanan dan ekonomi dalam negeri. Faktor eksternal, adanya kepentingan AS untuk memasukkan negara-negara tersebut ke NATO. AS menggunakan kebijakan perluasan NATO untuk mempertahankan pengaruh dan kepentingannya di Eropa. 

Strategi politik tersebut digunakan AS untuk mempertahankan kepentingan politik AS dengan memanfaatkan posisi strategi Eropa dalam upaya memblokir strategi secara geografis terhadap Rusia dan penyebaran nilai-nilai demokrasi ke seluruh daratan Eropa, kepentingan ekonomi dalam bentuk luas jalur perdagangan di Eropa, kepentingan militer dalam beban militer- sharing AS, dan kepentingan AS terhadap sumber energi dan distribusi minyak di Eropa. 

Untuk mempertahankan kepentingan global, AS membentuk persepsi adanya ancaman Rusia dan ancaman pembangunan nuklir Iran. Terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi pindahnya negara-negara setelah runtuhnya uni soviet yakni, Keinginan untuk Menjadi Bagian dari Eropa. Banyak negara bekas Pakta Warsawa di Eropa Timur ingin berintegrasi dengan Eropa Barat, baik secara ekonomi maupun politik. Menjadi anggota NATO adalah salah satu langkah penting untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan Eropa Barat dan menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip demokrasi dan perdamaian.

Eksistensi NATO Meroket

Dilansir dari kompas.com dengan Artikel berjudul “Bagaimana eksistensi NATO di dunia setelah perang dingin berakhir?” (Verelladevanka Adryamarthanino, Tri indriawati), Setelah Perang Dunia II berakhir pada 1945, konflik antarnegara masih terus berlangsung. Pada tahun 1950-an, dunia memasuki era Perang Dingin, yaitu persaingan ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet memperebutkan pengaruh negara-negara lain. Perang Dingin melibatkan Blok Barat dan Uni Soviet. Blok Barat dikenal dengan nama North Atlantic Treaty Organization (NATO), sedangkan Uni Soviet memiliki Pakta Warsawa yang menyatukan Uni Soviet dengan sejumlah negara lain. Perang Dingin berlangsung lebih dari 30 tahun sebelum resmi berakhir bersamaan dengan bubarnya Uni Soviet pada 1991.

Eksistensi NATO di dunia setelah Perang Dingin berakhir adalah dengan tidak lagi bertujuan untuk menjamin keamanan Blok Barat dari Uni Soviet, tetapi berubah fungsi sebagai lembaga pertahanan dan kerja sama keamanan bersama negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu, peran dan keanggotaan NATO juga berubah. Pasca-berakhirnya Perang Dingin, negara pecahan Uni Soviet dan bekas negara-negara komunis mulai bergabung dengan NATO. 

NATO yang awalnya dibentuk untuk mengoordinasi sikap politik dan kekuatan militer Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya terhadap ancaman Uni Soviet, berubah menjadi sistem pertahanan bersama untuk menumbuhkan nilai-nilai demokratis. NATO juga bertugas membantu negara-negara anggota untuk bekerja sama dalam masalah pertahanan dan keamanan, memecahkan masalah bersama, membangun kepercayaan, dan mencegah terjadinya konflik. Oleh sebab itu, tidak jarang NATO mendapat perintah resmi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menjadi pasukan perdamaian dan melaksanakan upaya peacekeeping (menjaga perdamaian). 

Pada perkembangannya, NATO memiliki partner countries untuk bekerja sama dalam menghadapi tantangan dan permasalahan pertahanan dan keamanan internasional. Partner countries merupakan negara-negara dan organisasi internasional yang bekerja sama dengan NATO dengan status sebagai non-anggota. Salah satu contoh peran NATO pada masa sekarang adalah membantu Amerika Serikat dalam perang melawan terorisme, seperti dengan menyerang Afghanistan pada 2001, yang kala itu dikuasai oleh Taliban yang mendukung jaringan Al-Qaeda.

Guys, jadi pelajaran yang dapat kita ambil dari artikel ini yaitu Hubungan antara Pakta Warsawa dan NATO selama Perang Dingin sangat tegang, karena keduanya mewakili blok ideologi yang bertentangan—komunis (Uni Soviet) vs. kapitalis (Amerika Serikat). Meskipun tidak berperang langsung, ketegangan ini memicu persaingan dan konflik di berbagai tempat. Hubungan itu berakhir setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991, yang juga membubarkan Pakta Warsawa, dan beberapa negara bekas anggota Pakta Warsawa bergabung dengan NATO. Akhir kata dari kami, semoga artikel ini bermanfaat untuk anda.***

Penulis: Aurel, Anisa, Alya, Dina, Aditya dan Farel

Editor: Satria