GUz9GfGlGpCiGUz7TfAlTpz7Td==

Suplai Senjata Hingga Ikut Campur, NATO Jadi Dalang Panasnya Perang Rusia vs Ukraina

Ilustrasi NATO dan keterlibatannya dalam perang Rusia vs Ukraina. (Foto: Istimewa)

Banyuwangi Terkini - NATO (North Atlantic Treaty Organization), Dalam bahasa Prancis NATO disebut juga dengan OTAN atau Organisation du traité de l'Atlantique nord. Sementara itu, di Indonesia, NATO dikenal dengan sebutan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau Aliansi Atlantik Utara. Sebelum lebih jauh membahas mengenai peranan NATO dalam perang Rusia dengan Ukraina, kita ketahui dulu seperti apa sejarah berdirinya pakta pertahanan, berikut ini;

Sejarah Berdirinya NATO

Mengutip dw.com, NATO merupakan sebuah organisasi militer internasional yang terdiri dari 2 negara Amerika Utara, 27 negara Eropa, dan 1 negara Eurasia yang bertujuan untuk kemanan bersama yang didirikan pada tahun 1949, sebagai bentuk dukungan terhadap Persetujuan Atlantik Utara yang ditanda tangani di Washington, DC pada 4 April 1949.  Pada awalnya, NATO  bertujuan untuk menekan pengaruh komunis dari Uni Soviet dengan aliansi saingannya yaitu Pakta Warsawa pada era Perang Dingin.

Sebagai aliansi militer dari 28 negara Eropa dan Amerika Utara, markas besar NATO berada di Brussel. NATO memposisikan diri sebagai murni aliansi pertahanan. Pakta pendirian NATO mewajibkan negara anggota untuk mencari solusi damai untuk tuntaskan konflik. Jika salah satu negara anggota diserang, negara anggota lainnya diwajibkan menunjukan solidaritas.

Hubungan NATO dengan Rusia

Dilansir dari laman resmi nato.int, NATO mencoba membangun kemitraan dengan Rusia, mengembangkan dialog dan kerja sama praktis di bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama. Meskipun demikian, Rusia terus-menerus melanggar norma dan prinsip yang berkontribusi pada tatanan keamanan Eropa yang stabil dan dapat diprediksi, khususnya selama dekade terakhir. 

Perang agresi Rusia terhadap Ukraina telah menghancurkan perdamaian dan stabilitas di kawasan Euro-Atlantik dan sangat merusak keamanan global. Mengingat kebijakan dan tindakannya yang bermusuhan, NATO tidak dapat lagi menganggap Rusia sebagai mitra. Federasi Rusia adalah ancaman paling signifikan dan langsung terhadap keamanan Sekutu. Namun, NATO tetap bersedia mempertahankan saluran komunikasi dengan Moskow untuk mengurangi risiko dan mencegah eskalasi. NATO tidak mencari konfrontasi dan tidak menimbulkan ancaman bagi Rusia. Aliansi akan terus menanggapi ancaman dan tindakan permusuhan Rusia dengan cara yang bersatu dan bertanggung jawab.

Penyebab dan Latar Belakang Konflik Rusia dengan Ukraina

Mengutip liputan6.com, dalam artikel berjudul “Alasan yang jadi penyebab perang Rusia Ukraina”,  Rusia menolak keras keinginan ukraina untuk bergabung dengan NATO. Rusia khawatir jika NATO membawa persenjataan ke perbatasan Ukraina, sehingga kota-kota besar Rusia bisa jadi sasaran yang mudah ditarget. Meski demikian, NATO masih membuka pintu jika Ukraina ingin bergabung. Di sisi lain, Ukraina pun memang ingin bergabung dengan NATO. 

Kedekatan Ukraina dengan Blok Barat di NATO tidak hanya akan memperkuat kemajuan di Ukraina, tetapi juga akan membantu menyatukan Barat. Sebagai pemain di Eropa Tengah dan Timur serta di Laut Hitam, Ukraina memiliki banyak sumber daya yang kuat bagi NATO dalam urusan keamanan regional. 

Keinginan Ukraina Bergabung dengan NATO, dilandasi dengan beberapa alasan yang menguntungkan bagi Ukraina sendiri, diantaranya Menjamin keamanan jangka panjang dari Rusia, Menciptakan perdamaian berkelanjutan di Eropa Timur,  Membangun jembatan budaya, politik, dan keamanan dengan anggota NATO dan Uni Eropa. karna keuntungan itulah yang membuat Ukraina semakin yakin untuk bergabung dengan NATO.

Berdasarkan artikel yang tayang di komahi.uai.ac.id, “Peran NATO Dalam upaya Menangani Konflik Rusia Ukraina”, konflik Rusia-Ukraina dilatarbelakangi oleh peristiwa krisis Krimea yang terjadi pada tahun 2014 dimana peristiwa tersebut merupakan upaya Rusia untuk melakukan aneksasi semenanjung Krimea. Krimea merupakan salah satu wilayah milik Ukraina, dimana dari peristiwa tersebut Rusia ingin menguasai wilayah untuk militernya sebagai bentuk kepentingan nasional. 

Sedangkan di sisi lain, hal ini dilatarbelakangi oleh ketidakinginan Rusia membiarkan Ukraina menjadi aliansi baru dari NATO yang merupakan salah satu organisasi internasional berbasis kolektif yang dibentuk oleh Amerika Serikat sejak Perang Dingin. Hal tersebut tidak dinginkan Rusia karena dapat menganggu kepentingan Rusia sendiri di Eropa karena hadirnya negara-negara barat yang dapat membuat serta mempengaruhi Ukraina menjadi negara yang eksis di wilayah Eropa. Konflik  tersebut terus berlanjut hingga perang Rusia-Ukraina terjadi. 

Keterlibatan NATO dalam Perang Rusia vs Ukraina

Bentuk dukungan NATO terhadap perang Ukraina-Rusia adalah memindahkan kedutaannya di Kota Lyiv beserta dengan Inggris sehingga dampaknya menjadikan Rusia tidak lagi mempercayai Ukraina. NATO dan kedua pendirinya yaitu Amerika Serikat dan Kanada melakukan pengaruhnya dengan cara Buck-Passing, memberikan rasa keamanan dan pertahanan, menyuplai teknologi militer, maupun ekonomi. Untuk mempertahankan diri, Ukraina dibantu oleh NATO dengan mengirimkan bantuan dari anggota dan mitra ke Ukraina.

NATO juga menunjukkan dukungannya terhadap Ukraina Melalui Paket Bantuan Komprehensif NATO atau Comprehensive Assistance Package NATO (CAP), Mereka menjanjikan sekitar 800 juta EURO atau sekitar USD 870 juta untuk memenuhi kebutuhan kritis Ukraina, seperti pakaian cuaca dingin, pelindung tubuh, bahan bakar, kendaraan transportasi, komunikasi yang aman, ransum tempur, peralatan ranjau dan persediaan medis. 

Selain itu, di bawah CAP, Sekutu telah berkomitmen untuk mendukung Ukraina lebih lanjut dengan program bantuan multi-tahun, yang akan membantu transisi Ukraina dari era Soviet ke standar pelatihan dan doktrin NATO, membantu membangun kembali sektor keamanan dan pertahanan Ukraina, dan terus menutupi kebutuhan kritis. NATO juga meningkatkan hubungan politik dengan mendirikan Dewan NATO-Ukraina, dimana semua anggota NATO dan Ukraina duduk Bersama dalam sebuah forum untuk konsultasi krisis dan pengambilan keputusan.

Negara-negara anggota NATO mengirim senjata, amunisi dan banyak jenis peralatan militer ringan dan berat ke Ukraina, termasuk sistem anti-tank dan pertahanan udara, howitzer, pesawat nirawak, tank dan jet tempur. Jaminan keamanan Pasal 5 NATO dan janji pertahanan kolektifnya yang berlapis besi memberi Sekutu keyakinan bahwa mereka dapat mengirim senjata ke Ukraina tanpa mengurangi keamanan mereka sendiri. Kemudian, pasukan Ukraina dilatih untuk menggunakan peralatan tersebut. Semua ini membuat perbedaan di medan perang setiap hari, membantu Ukraina untuk menegakkan hak membela diri  diabadikan dalam Piagam PBB. Untuk mengoordinasikan seluruh bantuan  peralatan dan pelatihan pasukan Ukraina, Sekutu sepakat untuk membentuk NATO Security Assistance and Training for Ukraine (NSATU), yang  berbasis di Wiesbaden, Jerman dan memiliki pusat logistik di timur Aliansi, dikelola oleh hampir 700 personel dari negara-negara Sekutu dan mitra.

Untuk memastikan bahwa semua dukungan ini terus berlanjut, Sekutu telah membuat Janji Bantuan Keamanan Jangka Panjang untuk Ukraina (Pledge of Long-Term Security Assistance for Ukraine). Dalam perjanjian ini, Sekutu sepakat untuk menyediakan dana dasar minimum sebesar  40 miliar EURO untuk tahun berikutnya, dan untuk memberikan tingkat bantuan keamanan yang berkelanjutan bagi Ukraina.

Sekutu juga memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil dan menampung jutaan pengungsi Ukraina. Sekutu bekerja sama dengan pemangku kepentingan di komunitas internasional untuk meminta pertanggungjawaban semua orang yang bertanggung jawab atas kejahatan perang. Dalam jangka panjang, NATO berkomitmen untuk terus membantu Ukraina dan mendukung upaya di jalur rekonstruksi dan reformasi pasca-perang. Semua inisiatif ini dilakukan sebagai jembatan bagi Ukraina untuk bergabung dengan NATO.***

Penulis: Arindra, Sasi, Dzakiy, Putri dan Aufa

Editor: Satria

Ketik kata kunci lalu Enter

<