GUz9GfGlGpCiGUz7TfAlTpz7Td==

Jadi Penyelamat Ekonomi, Berikut Kisah Dibalik Transisi MEE Menjadi Uni Eropa

Ilustrasi Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). (Foto: Istimewa)

Banyuwangi Terkini - Setelah berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945, Eropa menghadapi krisis ekonomi yang sangat serius. Dikutip dari Study.com dengan artikel berjudul “Europe After WW2 Economy & Conditions | Economic Reconstruction of Europe”, terjadinya Perang Dunia II menyebabkan hancurnya infrastruktur seperti jalan raya dan jembatan di berbagai negara yang menimbulkan banyak wilayah mengalami kelangkaan barang kebutuhan pokok yang menimbulkan resesi.

Keruntuhan ekonomi ini memunculkan ketidakstabilan sosial dan politik bagi kelangsungan negara-negara Eropa. Selain itu, krisis ekonomi juga terjadi lebih cepat akibat perubahan politik di Eropa, khususnya Eropa Timur yang pada saat itu berada di bawah pengaruh Uni Soviet. Amerika Serikat yang merupakan salah satu negara terkuat setelah Perang Dunia II mengerahkan bantuan ekonomi yang bernama Marshall Plan dengan tujuan untuk mempercepat pemulihan ekonomi Eropa Barat sekaligus mencegah penyebaran komunisme dari Uni Soviet.

Peristiwa keruntuhan ekonomi tersebut, membuat negara-negara Eropa mulai menyadari mengenai pentingnya kerjasama regional. Kerjasama tersebut berfungsi untuk menghindari konflik dan membangun kekuatan ekonomi yang stabil. Maka dari itu, untuk kembali memajukan integrasi ekonomi, pada tahun 1957 dilakukan penandatanganan Perjanjian Roma oleh negara-negara Eropa Barat yang berisi kesepakatan akan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), atau European Economic Community (EEC). Namun, sejak tahun 2009 MEE telah berubah menjadi Uni Eropa (UE) atau European Union (EU). Mengapa demikian? Berikut penjelasannya..

Sejarah Berdirinya MEE

Keinginan Prancis dan Jerman Barat untuk melakukan kerjasama dalam sektor industri baja dan batu bara merupakan gagasan awal pembentukan MEE. Dikutip dari Kompas.com dengan judul “MEE: Sejarah, Tujuan dan Program”. Pada tahun 1950, keinginan Perancis dan Jerman dapat diwujudkan dengan penandatanganan European Coal and Steel Community (ECSC) oleh Perancis, Jerman Barat, Belanda, Belgia, Luksemburg, dan Italia. Keenam negara tersebut biasa disebut dengan The Six State.

Pada perkembangannya, The Six State ingin memperluas kerja sama ekonomi dengan cara mengajak dan meyakinkan negara negara lain di kawasan Eropa. Kerja sama yang diajukan oleh The Six State mendapat tanggapan positif dari sembilan negara Eropa lainnya.

Pada 1 Juni 1955, The Six State menggelar pertemuan di Messina (italia) guna membicarakan rencana kerjasama ekonomi di antar negara negara eropa. Pertemuan ini menghasilkan keputusan pengangkatan Menteri Luar Negeri Belgia Henry Spaak, sebagai ketua komite badan kerja sama ekonomi negara-negara Eropa.

Henry Spaak memberi masukan untuk membentuk MEE sebagai wadah kerja sama ekonomi negara-negara Eropa. MEE secara resmi terbentuk pada 25 Maret 1957, setelah usulan Henry Spaak disepakati oleh ke-15 negara di Eropa dalam perjanjian Roma 1957.

Tujuan dan Fungsi MEE

Eropa setelah Perang Dunia II - berada di kondisi yang benar-benar berantakan. Negara-negara di sana sadar jika mereka perlu bekerja sama untuk bangkit lagi. Maka dari itu mereka membentuk organisasi bernama MEE atau EEC. Pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa bertujuan untuk menyelaraskan ekonomi dan politik, serta mengembangkan kolaborasi dalam bidang perdagangan dan bea cukai antar negara anggota.

Selain itu, dilansir dari pintu.co.id dengan artikel “Apa Itu Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), Yuk Pelajari!”, tujuan dan fungsi lain pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa adalah:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan bagi penduduk di masa itu.

2. Mewujudkan pasar tunggal sehingga pengusaha bisa lebih mudah melakukan investasi dan perdagangan di seluruh wilayah tanpa adanya hambatan perdagangan dan investasi seperti tarif, bea masuk, dan perbedaan regulasi.

3. Menjamin adanya persaingan bebas serta keseimbangan perdagangan.

4. Meningkatkan koordinasi kebijakan ekonomi antara negara-negara anggota. Hal ini bertujuan untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan keuangan di seluruh Eropa, serta untuk memperkuat posisi Eropa dalam perdagangan global.

5. Meningkatkan solidaritas dan kepedulian antara negara-negara anggota MEE serta, melakukan perlindungan terhadap industri dan produk dari negara-negara anggota MEE

Transisi MEE menjadi Uni Eropa

Transisi dari MEE menjadi Uni Eropa terjadi melalui Perjanjian Maastricht yang ditandatangani pada 7 November 1991. Perjanjian ini berisi, bahwa MEE tidak lagi terbatas pada kerjasama ekonomi, tetapi juga mencakup bidang politik, sosial, dan keamanan. Hal ini dilakukan untuk menghadapi keadaan global yang sedang tidak stabil di bidang-bidang tersebut. Selain itu, perjanjian ini juga memperkenalkan konsep kewarganegaraan Uni Eropa, yang memberikan hak tambahan kepada warga negara anggota, seperti hak untuk tinggal dan bekerja di negara anggota lain.

Dengan adanya perubahan tersebut, struktur MEE – yang sekarang telah menjadi Uni Eropa (UE) – juga mengalami perubahan. Yakni, perubahan dari struktur institusi MEE yang lebih sederhana dan terbatas, menjadi lebih kompleks setelah menjadi UE. MEE hanya memiliki Komisi Eropa sebagai eksekutif dengan kekuasaan yang terbatas dan Dewan Menteri sebagai badan legislatif utama yang menangani keputusan terkait kebijakan ekonomi. 

Sedangkan, UE memiliki lebih banyak lembaga di bawahnya. Di antaranya seperti Dewan Eropa yang berperan menjadi forum bagi kepala negara atau pemerintahan untuk menetapkan arah politik UE, Parlemen Eropa yang memperoleh kekuasaan legislatif yang lebih besar, serta berwenang dalam pengawasan anggaran, dan Komisi Eropa yang memiliki peran eksekutif yang lebih luas, termasuk pengawasan pelaksanaan hukum UE.

Selain perubahan struktur, UE juga melakukan beberapa upaya untuk menciptakan integrasi ekonomi. Salah satu contohnya yaitu diperkenalkannya mata uang tunggal “Euro” pada tahun 1999. Sebelum adanya Euro, setiap negara anggota memiliki mata uang nasional masing-masing, yang dapat menyebabkan fluktuasi nilai tukar dan biaya transaksi yang tinggi dalam perdagangan antarnegara. Dengan kebijakan tersebut, penggunaan mata uang Euro berhasil memberikan dampak yang baik bagi kestabilan ekonomi di berbagai negara di Eropa.

Demikianlah pembahasan soal Masyarakat Ekonomi Eropa yang menjadi penyelamat ekonomi Eropa di masa terpuruknya. Kemudian terjadi masa transisi masyarakat ekonomi eropa yang memperbesar organisasi di bidang yang lebih besar dan membangun relasi yang lebih luas lagi. Transisi tersebutlah yang kemudian menjadikan MEE menjadi UE. Namun perlu diketahui UE bukanlah MEE. MEE merupakan cikal bakal Uni Eropa (UE), yang didirikan pada tahun 1993 setelah ratifikasi Perjanjian Maastricht. MEE kemudian dimasukkan ke dalam UE sebagai salah satu lembaga ekonomi dan politik utamanya.***

Penulis: Ana, Michael, Mitha, Nabila, dan Zahwa

Editor: Satria

Ketik kata kunci lalu Enter