![]() |
Ratusan buruh tambang galian C datangi Mapolresta Banyuwangi. (Foto: Firman) |
Banyuwangi Terkini – Ratusan buruh tambang galian C di Banyuwangi mendatangi Mapolresta Banyuwangi, Kamis (24/7), untuk mengadukan nasib mereka. Para buruh mengaku resah dan merasa tidak mendapat keadilan.
Massa aksi yang tergabung dalam Asosiasi Serangan Buruh (Serbu) Tambang Banyuwangi ini dipimpin oleh Edi Susanto, selaku koordinator.
Di depan gerbang Mapolresta Banyuwangi, Edi menyampaikan langsung unek-unek para buruh di hadapan aparat kepolisian.
“Kami ke sini yang pertama adalah mau menyampaikan atau membuat pengaduan kepada pihak Polresta Banyuwangi terkait nasib kami sebagai buruh yang bekerja di tambang, juga nasib anak dan keluarga kami,” tegasnya saat berorasi.
![]() |
Kuasa Hukum Asosiasi Serbu Tambang Banyuwangi, Nanang Slamet. (Foto: Firman) |
“Yang kedua, kami meminta solusi bagaimana nasib kami ini ke depan,” tambah Edi.
Kedatangan massa disertai pengiriman surat pengaduan kepada Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Rama Samtama Putra. Mereka berharap bisa mendapat keadilan atas situasi tambang galian C yang dinilai tidak adil.
Pasalnya, sejumlah tambang yang diduga ilegal masih tetap beroperasi, sementara tambang tempat mereka bekerja justru ditutup oleh Tim Terpadu (Timdu) Pemerintah Daerah.
Kuasa Hukum Asosiasi Serbu Tambang Banyuwangi, Nanang Slamet menyebut penutupan tambang yang dilakukan Timdu telah memicu keresahan buruh. Ia menilai pemerintah seharusnya tidak tebang pilih dalam menertibkan usaha tambang.
“Beberapa tambang legal justru ditutup, padahal tetap membayar pajak. Sementara yang diduga ilegal, dibiarkan beroperasi,” kata Nanang.
Dirinya menegaskan, ketika pemerintah sudah menarik pajak, seharusnya ada jaminan kenyamanan dan perlindungan bagi para pekerja tambang.
Nanang juga mengusulkan agar seluruh tambang ditutup sementara, lalu dilakukan musyawarah terbuka antara pemerintah, aparat, dan pelaku tambang untuk mencari solusi legal yang adil.
“Di Banyuwangi ada sekitar 45 tambang galian C. Sayang sekali kalau dibiarkan kacau tanpa ada kejelasan aturan,” tandasnya.
“Harapannya, aduan dan permohonan solusi dari kami ini dapat segera ditanggapi. Kita duduk bersama, kita inventarisir persoalan-persoalan yang ada,” tegas Nanang usai surat pengaduannya di terima.
Sebelum membubarkan diri, para buruh menyampaikan ultimatum. Jika dalam waktu dekat tidak ada tanggapan, mereka mengecam akan kembali turun ke jalan dengan massa lebih besar.*** (man)