![]() |
| Contoh sumber sejarah primer, Dokumentasi foto Taman Siswa di Bandung.(Foto: Tropenmuseum/Wikimedia Commons/CC-BY 2.5. 2009) |
BANYUWANGITERKINI.ID - Banyak orang mengira sejarah hanya berisi kisah masa lalu yang penuh legenda dan mitos. Padahal, dalam dunia akademik, kajian sejarah adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada bukti dan metode ilmiah.
Sebagaimana ilmu lainnya, sejarah juga menggunakan pendekatan penelitian sistematis untuk menyingkap peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Louis Gottschalk, seorang sejarawan terkemuka, menyebutkan bahwa penelitian sejarah melibatkan empat kegiatan utama:
- Mengumpulkan informasi tertulis dan lisan yang relevan.
- Menyeleksi sumber dan membuang yang tidak autentik.
- Menarik kesimpulan dari sumber yang tepercaya.
- Menyusun laporan atau tulisan sejarah berdasarkan hasil analisis.
Melalui langkah-langkah tersebut, sejarah bukan hanya menjadi “cerita”, melainkan rekonstruksi ilmiah tentang kehidupan manusia di masa lalu.
Penelitian Sejarah dan Proses Ilmiah di Baliknya
Penelitian sejarah memiliki kesamaan dengan penelitian pada bidang lain seperti sosial, ekonomi, atau budaya. Seorang peneliti sejarah bekerja layaknya detektif ilmiah, mencari bukti, menelusuri sumber, dan menyusun kronologi peristiwa berdasarkan data yang akurat.
Menurut para ahli seperti Lohanda (2011), Saidah (2011), dan Herlina (2020), ada empat tahapan utama dalam metode penelitian sejarah yang digunakan untuk memastikan keabsahan setiap informasi yang dikaji, yaitu:
- Heuristik (pengumpulan data sejarah)
- Kritik dan verifikasi (pemeriksaan sumber sejarah)
- Interpretasi (penafsiran makna sejarah)
- Historiografi (penulisan hasil penelitian sejarah)
Mari kita bahas satu per satu tahap tersebut.
1. Heuristik: Tahap Pengumpulan Data Sejarah
Tahapan pertama dalam penelitian sejarah adalah heuristik, yaitu proses mencari dan mengumpulkan data dari berbagai sumber.
Seorang peneliti sejarah akan menelusuri berbagai arsip, dokumen, atau sumber-sumber lain yang relevan dengan peristiwa yang sedang dikaji.
Pada tahap ini, peneliti bertindak seperti arsiparis dan detektif, yang berusaha menemukan potongan-potongan bukti sejarah — baik yang tersimpan di lembaga arsip, perpustakaan, museum, atau bahkan dari wawancara dengan saksi sejarah.
Sumber data yang dikumpulkan bisa sangat beragam:
- Dokumen resmi seperti surat keputusan, laporan, peraturan, notulensi rapat, atau arsip pemerintahan.
- Foto, peta, surat kabar, pamflet, dan poster yang sezaman dengan peristiwa.
- Benda peninggalan sejarah seperti artefak, bangunan, atau peralatan hidup.
- Kesaksian lisan dari pelaku atau saksi sejarah yang masih hidup.
Salah satu lembaga yang memiliki peran penting dalam penyimpanan sumber sejarah di Indonesia adalah Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Peneliti dapat mengakses koleksi arsip melalui situs resmi anri.go.id untuk mendapatkan dokumen asli dari berbagai periode sejarah Indonesia.
2. Kritik dan Verifikasi: Memastikan Keaslian Sumber
Setelah data dikumpulkan, langkah berikutnya adalah kritik sumber atau verifikasi. Tahapan ini bertujuan untuk memastikan keaslian dan kebenaran setiap data yang diperoleh.
Proses verifikasi mencakup dua aspek penting:
- Kritik eksternal, yaitu pemeriksaan keaslian fisik sumber (apakah dokumen atau benda tersebut benar-benar berasal dari masa yang diklaim).
- Kritik internal, yaitu analisis isi atau substansi dari sumber tersebut (apakah informasi di dalamnya dapat dipercaya dan sesuai dengan fakta sejarah lainnya).
Sebagai contoh, jika peneliti menemukan surat atau laporan kolonial Belanda, maka ia harus memeriksa:
- Tahun penulisan dokumen
- Nama penulis atau pejabat yang membuatnya
- Kondisi sosial-politik saat dokumen dibuat
- Kepentingan politik di balik tulisan tersebut
Melalui kritik ini, peneliti bisa menyaring data palsu, bias, atau tidak relevan, sehingga hanya informasi terpercaya yang digunakan untuk analisis lebih lanjut.
3. Interpretasi: Menafsirkan Fakta Menjadi Makna
Tahap berikutnya dalam penelitian sejarah adalah interpretasi, yaitu proses menafsirkan dan memahami makna dari data yang telah diverifikasi.
Sejarawan tidak hanya mengumpulkan fakta, tetapi juga berusaha memahami hubungan sebab-akibat, konteks sosial, dan makna yang terkandung dalam peristiwa.
Misalnya, ketika meneliti Perang Diponegoro, seorang peneliti tidak cukup hanya mencatat tanggal dan lokasi pertempuran. Ia harus menggali lebih dalam:
- Apa penyebab sosial, politik, dan ekonomi yang melatarbelakangi perang tersebut?
- Bagaimana dampaknya terhadap masyarakat Jawa dan kolonial Belanda?
- Nilai-nilai apa yang bisa dipelajari dari peristiwa itu?
Interpretasi ini memerlukan kemampuan berpikir kritis, objektif, dan analitis. Sejarawan juga perlu membandingkan berbagai sumber agar tidak terjebak pada narasi tunggal yang bisa menyesatkan.
4. Historiografi: Menulis dan Menyusun Kembali Sejarah
Tahapan terakhir dalam penelitian sejarah adalah historiografi, yaitu penulisan hasil penelitian menjadi karya ilmiah atau laporan sejarah.
Historiografi bukan sekadar menyusun kronologi peristiwa, tetapi juga menyajikan analisis kritis dan argumentasi ilmiah yang mendukung kesimpulan peneliti.
Dalam proses ini, sejarawan harus memperhatikan kaidah penulisan ilmiah, seperti:
- Penggunaan bahasa yang objektif dan akademik
- Penyusunan kronologi yang logis
- Pencantuman sumber yang valid
- Analisis mendalam terhadap hubungan antarperistiwa
Hasil dari historiografi ini bisa berupa skripsi, disertasi, artikel ilmiah, buku sejarah, atau laporan penelitian.
Setiap tulisan sejarah yang baik harus memiliki dasar empiris kuat agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Jenis-Jenis Sumber Sejarah: Fondasi Penelitian yang Kuat
Dalam setiap penelitian sejarah, memahami jenis sumber sangat penting. Berdasarkan waktu dan bentuknya, sumber sejarah dibagi menjadi dua kelompok utama:
1. Sumber Sejarah Primer
Sumber primer adalah data asli yang diperoleh langsung dari pelaku atau saksi peristiwa sejarah. Menurut Lohanda (2011), arsip termasuk sumber primer karena tercipta bersamaan dengan peristiwa itu terjadi.
Contoh sumber sejarah primer meliputi:
- Arsip resmi (surat keputusan, laporan, catatan pemerintahan)
- Dokumen pribadi (surat, catatan harian, foto)
- Artefak dan fosil
- Wawancara langsung dengan pelaku sejarah
- Media asli yang sezaman seperti film, foto, atau pamflet
Sumber primer memiliki nilai otentik yang tinggi karena memberikan gambaran langsung tentang kondisi masa lalu tanpa banyak interpretasi dari pihak lain.
2. Sumber Sejarah Sekunder
Berbeda dari sumber primer, sumber sekunder adalah hasil olahan atau interpretasi dari sejarawan lain yang menulis setelah peristiwa itu selesai.
Contoh sumber sekunder:
- Buku sejarah atau biografi tokoh
- Artikel ilmiah
- Tesis dan disertasi
- Surat kabar yang tidak sezaman
- Dokumentasi penelitian terdahulu
Sumber sekunder berfungsi sebagai pendukung atau pelengkap dalam memahami peristiwa sejarah, namun tetap perlu dikritisi keakuratannya.
Berdasarkan Bentuknya: Sumber Tertulis, Lisan, dan Benda
Selain berdasarkan waktu, sumber sejarah juga diklasifikasikan menurut bentuknya:
1. Sumber tertulis
Contohnya: prasasti, kronik, hikayat, babad, laporan perjalanan, naskah kuno, surat, buku, surat kabar, dan majalah.
2. Sumber lisan
Yaitu cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi secara verbal. Misalnya: petuah, legenda, dan cerita rakyat yang mengandung nilai sejarah.
3. Sumber benda (material)
Seperti bangunan, candi, rumah bersejarah, alat hidup, pakaian, tembikar, atau benda peninggalan lainnya yang memberikan gambaran kehidupan masa lampau.
Ketiga jenis sumber ini sering digunakan secara bersamaan agar rekonstruksi sejarah menjadi lebih utuh dan berimbang.
Mengapa Penelitian Sejarah Penting di Era Modern?
Di tengah kemajuan teknologi dan arus informasi yang begitu cepat, penelitian sejarah tetap memiliki peran vital. Melalui sejarah, kita belajar memahami akar dari kondisi sosial, politik, dan budaya bangsa saat ini.
Penelitian sejarah membantu kita:
- Menghindari pengulangan kesalahan masa lalu.
- Menumbuhkan rasa nasionalisme dan identitas budaya.
- Menyediakan data otentik bagi kebijakan publik dan pendidikan.
- Menjadi dasar bagi pengembangan pariwisata sejarah dan kebudayaan.
Lebih jauh lagi, sejarah membentuk kesadaran kolektif bangsa — bahwa setiap kemajuan hari ini berdiri di atas perjuangan masa lalu.
Kesimpulan: Sejarah Adalah Cermin Ilmiah Masa Lalu
Kajian sejarah bukanlah mitos atau dongeng, tetapi ilmu yang berakar pada bukti, analisis, dan metode ilmiah.
Dengan tahapan heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi, seorang sejarawan mampu mengungkap kebenaran masa lalu secara objektif dan terukur.
Pemahaman terhadap sumber primer dan sekunder membantu memastikan setiap tulisan sejarah tidak sekadar narasi, tetapi juga hasil penelitian ilmiah yang valid.
Melalui sejarah, kita tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga belajar memahami masa kini dan menata masa depan.***
